Khowathir Qur’aniyah: Q.S. Al-Fatihah

Buku: Khowathir Qur’aniyah (buku tentang tujuan diturunkannya ayat-ayat dan surah-surah dalam Al-Quran, serta korelasi antara ayat/surah yang satu dengan yang lainnya).

Ayat-ayat dan surah-surah dalam Al-Qur’an saling menyempurnakan satu sama lain, dan tidak ada pertentangan di dalamnya.

“Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur’an? Sekiranya (Al-Qur’an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.” (Q.S. An-Nisaa’ [4]: 82)


Q.S. AL-FAATIHAH

Q.S. Al-Fatihah

Al-Faatihah merupakan surah Makiyyah (diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah), surah pertama dalam Al-Qur’an, surah ke-5 yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Al-Faatihah adalah ummulqur’an (induknya Al-Qur’an), membaca Al-Faatihah termasuk dalam rukun shalat.

Al-Faatihah merupakan surah yang paling agung dalam Al-Qur’an, dan tidak ada surah semisal Al-Fatihah di kitab-kitab sebelumnya (Zabur, Taurat, Injil).

“Dan sungguh, Kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang (dibaca) berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung.” (Q.S. Al-Hijr [15]: 87)

Al-Bukhari berkata di dalam Ash-Shahih (3/342): Ali bin Abdillah menceritakan kepada kami (dia berkata), Yahya bin Said menceritakan kepada kami (dia berkata), Syu’bah menceritakan kepada kami (dia berkata), Khubaib bin Abdirrahman menceritakan kepadaku dari Hafsh bin Ashim dari Abu Said bin Al-Mu’alla dia berkata [2]:

“Saya pernah shalat, lalu Nabi memanggilku tapi saya tidak menjawabnya. Kemudian saya berkata, “Wahai Rasulullah tadi saya sedang shalat,” beliau bersabda, “Bukankah Allah telah berfirman, “Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu?!” kemudian beliau bersabda, “Inginkah kamu saya ajari surah yang paling agung dalam Al-Qur`an sebelum engkau keluar dari masjid ini?” kemudian beliau memegang tanganku. Tatkala kami akan keluar, aku berkata, “Wahai Rasulullah, tadi engkau berkata, “Saya benar-benar akan mengajari  kamu sebuah surah yang paling agung dalam Al-Qur’an.” Beliau bersabda, “Alhamdu lillahi Rabbil ‘alamin,” dia adalah tujuh ayat yang sering berulang-ulang dan merupakan Al-Qur’an yang agung, yang diberikan kepadaku.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Dawud (1458), Nasa`i (2/139) dan Ibnu Majah (3785) dari beberapa jalan dari Syu’bah dengannya hadits ini.

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata [3]:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menemui Ubai bin Ka’ab ketika ia sedang shalat, maka beliau memanggil; “Wahai Ubai, ” Ubai lalu menoleh meskipun tidak menjawab, kemudian Ubai segera shalat dengan cepat seraya berbegas menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu berucap; “Assalaamu ‘Alaika ya Rasulullah, ” Rasulullah menjawab, “Wa ‘Alaika (dan keselamatan bagimu), ” lalu beliau bersabda: “Wahai Ubai, apa yang menghalangimu untuk menjawabku ketika aku panggil?” Ubai berkata; “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku dalam shalat, ” beliau bersabda: “Bukankah kamu telah mendapatkan wahyu yang Allah wahyukan kepadaku, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ” Ubai berkata; “Iya wahai Rasulullah, aku tidak akan mengulanginya, ” beliau bersabda: “Apakah kamu senang jika aku ajarkan kepadamu surat yang Allah tidak menurunkan semisalnya dalam Taurat, Zabur, Injil maupun Al Furqon (Al Qur`an)?” Ubai berkata; Aku berkata; “Iya wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku sangat berharap engkau tidak keluar dari pintu ini hingga engkau mengetahuinya, ” Ubai berkata; Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggait tanganku sambil mengajakku bicara, dan aku sendiri memperlambat jalanku karena takut akan sampai ke pintu sebelum beliau selesai berbicara, maka tatkala dekat pintu aku berkata; “Wahai Rasulullah mana surat yang telah engkau janjikan kepadaku?” lalu beliau bersabda: “Apa yang engkau baca ketika shalat?” Ubai berkata; “Aku membaca surat Al fatihah.” Ubai berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, tidaklah Allah menurunkan dalam Taurat, Injil maupun Al Qur`an yang semisalnya, ia adalah As Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang ulang).”

Beberapa sebutan untuk Al-Faatihah yaitu ummul Qur’an (induk Al-Quran), assab’ul matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang), alwafiyah (yang mencukupi) walkafiyah (sesuatu yang mencukupi) [4].

 

Keseluruhan Makna dan Prinisp Al-Qur’an

Rahasia dari Al-Faatihah yaitu mencakup seluruh makna Al-Qur’an. Pembicaraan/topik utama yang terkandung dalam Al-Qur’an ada tiga, dan semuanya ada di surah Al-Faatihah. Ketiga pembicaraan tersebut antara lain:

  1. Aqidah/tauhid (terdapat di Al-Faatihah: 1-3)
  2. Ibadah (terdapat di Al-Faatihah: 5)
  3. Manhaj/pedoman hidup/muamalah (terdapat di Al-Faatihah: 6-7)

Selain itu, di surah lain dalam Al-Qur’an juga terdapat kisah-kisah umat yang sukses dan yang tidak.

Al-Faatihah juga mengandung prinsip-prinsip yang ada di keseluruhan Al-Qur’an, antara lain:

  1. Bersyukur (Al-Faatihah: 2)
  2. Ikhlas (Al-Faatihah: 5)
  3. Memohon petunjuk kepada Allah SWT (Al-Faatihah: 6)
  4. Berkumpul dengan orang sholih, menjauh dari orang yang dimurkai Allah SWT dan sesat (Al-Faatihah: 7)
  5. Hubungan Allah SWT dan manusia (melalui rahmat-Nya) (Al-Faatihah: 3)
  6. Istiqomah (Al-Faatihah: 6)
  7. Mempersiapkan hari akhir (Al-Faatihah: 4)
  8. Urgensi do’a dan dan berdo’a
  9. Umat kita adalah umat yang satu, bagian dari umat Islam (dalam surah Al-Faatihah menggunakan kata ganti orang pertama plural “kami”)

Adab berdo’a:

  1. Memuji Allah SWT terlebih dahulu sebelum berdo’a. S. Al-Faatihah ayat 1-5 berisi pujian kepada Allah SWT, dilanjutkan dengan do’a di ayat 6-7.
  2. Porsi memuji Allah SWT dan isi do’a harus sama. Banyaknya huruf pada Al-Faatihah ayat 1-5 sama dengan ayat 6-7.

Doa nabi Ibrahim A.S.:

“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Q.S. Ibraahim [14]: 37)

 

Membuka Komunikasi Hamba dengan Allah

Dalam hadits qudsi disebutkan bahwa Allah menjawab hamba-Nya yang sedang membaca surah Al-Faatihah.

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang shalat lalu tidak membaca Ummul Qur’an (yaitu Al Fatihah), maka shalatnya kurang (tidak sah) -beliau mengulanginya tiga kali-, maksudnya tidak sempurna.” Maka dikatakan pada Abu Hurairah bahwa kami shalat di belakang imam. Abu Hurairah berkata, “Bacalah Al Fatihah untuk diri kalian sendiri karena aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku membagi shalat (maksudnya: Al Fatihah) menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika hamba mengucapkan ’alhamdulillahi robbil ‘alamin (segala puji hanya milik Allah)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘ar rahmanir rahiim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘maaliki yaumiddiin (Yang Menguasai hari pembalasan)’, Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata sesekali: Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia mengucapkan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)’, Allah berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika ia mengucapkan ‘ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta ‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim wa laaddhoollin’ (tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.”  (HR. Muslim no. 395) [5].

Allah SWT menurunkan 104 kitab yang isinya terkumpul di Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Kemudian isi ketiga kitab tersebut terkumpul di Al-Qur’an, yang keseluruhan isinya terkumpul di surah Al-Faatihah, dan isi surah ini terkumpul di ayat ke-5 (iyyaaKa na’budu wa iyyaaKa nasta’iin).

Terdapat dua bagian dari ayat 5 surah Al-Faatihah:

  1. Beribadah (iyaaKa na’budu).
  2. Memohon pertolongan (iyyaaKa nasta’iin). Memanfaatkan yang diciptakan Allah SWT di bumi dan menundukkan bumi, untuk memakmurkan bumi (sayangnya hal ini masih sedikit dilakukan muslim, banyak dilakukan oleh non-muslim).

 

Kunci Pembuka Makna Surah Al-Qur’an

Al-Faatihah berarti pembukaan, sebagai kunci pembuka berbagai makna surah di Al-Qur;an, contoh:

Pada Al-Faatihah: 6, “Tunjukilah kami jalan yang lurus.”, dijawab/dilanjutkan pada Al-Baqarah: 2, “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,”

Pada Al-Faatihah: 7, “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” Yang dimaksud kaum yang dimurkai Allah SWT adalah Bani Israil (Q.S. Al-Baqarah [2] menceritakan tentang Bani Israil), dan yang dimaksud kaum yang tersesat adalah orang Nasrani (Q.S. Ali Imran [3] menceritakan tentang orang Nasrani).

 

Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim

Dalam Al-Faatihah disebutkan kata-kata arrahmaanirrahiim sebanyak dua kali, yaitu di ayat 1 dan 3.

  1. Arrahmaanirraahim yang pertama di ayat 1, dilanjutkan dengan ayat 2 yang menggambarkan nikmat di dunia.
  2. Arrahmaanirraahim yang kedua di ayat 3, dilanjutkan dengan ayat 3 yang menggambarkan hari pembalasan.

Hal ini berarti rahmat Allah meliputi nikmat di dunia dan di akhirat.

 

Rukun Shalat

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pahala shalat seseorang hanya berdasarkan apa yang ia pahami. Bagaimana agar dapat khusyuk dalam shalat, khususnya saat membaca surah Al-Faatihah dengan memahami maknanya?

Ayat 2: Ingat dan mensyukuri nikmat Allah SWT.

Ayat 3. Ingat bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang, dan rahmat-Nya mencakup dunia dan akhirat.

Ayat 4. Ingat hari pembalasan, sehingga senantiasa menghindari perbuatan keji dan munkar.

Ayat 5. Ikhlas, bergantung, menyembah, dan meminta tolong hanya pada Allah SWT.

Ayat 6. Ingat memohon petunjuk pada Allah SWT.

Ayat 7. Mengingat orang-orang shalih (nabi, khalifah, pahlawan islam, orang-orang shalih di sekitar kita) agar dapat mengikuti jejak mereka. Kemudian ingat orang-orang tersesat, jangan sampai kita seperti mereka.

 

Wallaahu a’lam.

 

Sumber:

[1] Pembahasan buku Khowathir Quraniyah pada Liqo 9 (19 November 2016).

[2] http://al-atsariyyah.com/keutamaan-al-fatihah.html

[3] http://al-atsariyyah.com/masih-keutamaan-al-fatihah.html

[4] https://muslimah.or.id/7305-nama-nama-surat-al-fatihah.html

[5] https://rumaysho.com/3228-faedah-2-surat-al-fatihah.html

Leave a comment